ANAMNESIS



Haiii... Queen mau bagi info khususnya buat anak olahraga IKOR mata kuliah Dasar-dasar terapi yaitu tentang cara anamnesis. nah, pastinya kan ada tugas suruh bikin anamnesis, berikut hasil anamnesis yang saya buat. semoga sangat bermanfaat.

ANAMNESIS

Laki-laki usia 45 tahun dengan keluhan sendi ankle. Pasien datang dengan keluhan setelah terjadi 2 hari.
1.      Identitas Pasien
a.       Nama penderita?
b.      Berapa umur penderita?
c.       Jenis kelamin penderita?
d.      Apa pekerjaan anamnesa?
e.       Dimana alamat rumah penderita?
f.       Kaki mana yang dominan?

Nama               : Ilmu Mahendra
Jenis Kelamin  : Laki-laki
Usia                  : 18 tahun
Pekerjaan         : Mahasiswa Atlet Sepak Bola
Alamat            : Sewon, Bantul, Yogyakarta
Kaki dominan : Kanan

2.      Anamnesis
a.       Apa yang terjadi?
b.      Apa penyebab terjadinya cedera?
c.       Sejak kapan cedera berlangsung?
d.      Nyerinya berapa lama?
e.       Lamanya latihan sepakbola?
f.       Berapakali latihan sepak bola? Apakah sering?
g.      Apakah setelah cedera, masih bermain sepak bola?
h.      Sudah usaha apa dalam menanganinya?

Pada anamnesa diperoleh data bahwa penderita mengalami nyeri ankle setelah cedera 2 hari yang lalu. Penderita seorang atlet sepak bola sejak 1 tahun dan sudah memperoleh beberapa medali. Penderita latihan sepak bola seminggu dilakukan tiga hari, sekali dua jam. Cedera terjadi pada saat mengontrol bola, dengan kondisi lapangan yang sedikit cekung/berlubang, yang membuat kaki kanan penderita keseleo. Setelah mengalami cedera, penderita masih bermain sepak bola tetapi sedikit untuk digerakan. Nyeri dirasakan saat latihan sepak bola yang sehari sebelumnya mengikuti pertandingan.

3.      Riwayat Penyakit Sekarang
a.       Diankle bagian mana nyerinya?
b.      Nyerinya menjalar atau tidak?
c.       Apakah nyerinya tumpul (menyebar) atau tajam (terlokalisir)?
d.      Apakah terdapat bunyi pada daerah cedera?
e.       Apakah nyerinya saat gerak atau diam?
f.       Apakah nyerinya bermbah berat atau ringan?
g.      Seberapa cepat bengkak ini?
h.      Jika diberi angka numerik 1-5, diangka berapa rasa sakit dialami?
i.        Dapatkah bergerak? Seberapa batas geraknya?
j.        Apakah ada aktivitas tertentu yang memicu gejala yang dirasakan?
Nyeri dibagian ankle diposisi inverse kaki, dirasakan terutama saat bergerak dan akan berkurang atau hilang sama sekali saat diam. Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat saat bergerak, menjalar tetapi menetap dan tidak bertambah berat. Diangka 3 jika dirasakan melalui angka. Terbatasnya kemampuan untuk bergerak dan menggunakan sendi, gerakan hanya bisa dibengkokkan sedikit kearah lateral. Tidak terdapat suara saat ankle digerakan. Pasien mengalami nyeri dan kesulitan saat berjalan, dengan kaki kanan hanya bisa berjinjit menumpu satu kaki kiri.
4.      Riwayat penyakit dahulu
Penderita sudah mengalami sprain grade I sejak sebulan yang lalu

Menurut saya, data yang diperoleh dari hasil anamnesis sudah cukup lengkap dan membantu dalam proses tahap selanjutnya. Dari data anamnesis, dapat diketahui bahwa anamnesa mengalami cedera kronis karena penderita pernah mengalami ankle sprain grade 1.

5.      Pemeriksaan Fisik
1)      Inspeksi
a.       Dengan melihat kesulitan jalan penderita
b.      Bengkak berubah warna
c.       Darah terlihat rubor
d.      Nyerinya sangat jelas, Dengan melihat ekspresi penderita saat berjalan
2)      Palpasi
a.       Pada bagian cedera terasa panas dan meradang pada saat diraba.
b.      Adanya postural deviation.
c.       Struktur palpasi ; boney prominences, ligament, tendon insertion pasif
d.      Cek ROM ; Plantar dan dorsi flexion, Inversion dan eversion pasif
3)      Perkusi
Tidak ditemukan keretakan pada cedera ankle.
4)      Auskultasi
Tidak ditemukan suara pada cedera ankle.

6.      Diagnosis
Kerusakan ligamen yaitu Sprain Grade derajat II, kerobekan parsial dan komplet tetapi masih menyambung, telah terjadi pada ligamentum lateral compleks ankle (ligamentum talofibular anterior, ligamentum calcaneofibular, ligamentum calcaneocuboideum, ligamentum talocalcaneus dan ligamentum talofibular posterior). Pada kronik sprain ankle, ketidakstabilan dari sendi ankle menyebabkan perobekan dari ligamen yang ada disekitar sendi ankle, baik itu medial maupun lateral. Banyaknya tulang penstabil pada sisi sebelah medial yang mengakibatkan lebih stabil dibandingkan sisi lateral. Ligamen dari pergelangan kaki yang berfungsi sebagai menstabilkan sendi terulur. timbul abnormal crosslink.
7.      Penanganan
Untuk tahap akut selalu menggunakan protokol rest, ice, compresion and elevation atau lebih populer dengan (RICE), yang kemudian diikuti dengan program exercise untuk memperkuat stabilitas sendi ankle.
R : Rest; istirahatkan cedera
I : Ice; kompres dengan es bengkak tersebut selama 15-20 menit berulang-ulang tiap 1 jam sesegera mungkin setelah cedera selama 2-3 hari.
C : Compression; area yang cedera dibalut dengan perban elastis, yang bertujuan untuk meminimalkan pergerakan dan mencegah atau mengurangi pembengkakan.
E : Elevation; menyangga ankle dengan bantal lebih tinggi dari jantung agar darah dan cairan yang terakumulasi pada area cedera dapat mudah mengalir sehingga pembengkakan cepat teratasi.
Penggunaan ankle brace atau ankle support sangat membantu untuk perawatan dan pencegahan sprain ankle. Terkadang karena jalan yang abnormal menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak yang lebih parah. Untuk itu pada kasus yang akut berikanlah ankle brace dan kruk (crutches).
8.      Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan?
a.       Rontgen/sinar X
Dengan meronsen aknle penderita, akan diketahui gambar bagian dalam ankle untuk menemukan dan memeriksa cedera seperti patah tulang dan pergeseran.
b.      MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Dengan alat MRI dapat diketahui untuk memeriksa dan mendeteksi jaringan lunak dan cedera pada ligamen dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio.

9.      Pemulihan dengan Terapi
Pemilihan Ultrasound sebagai modalitas utama pada kondisi kronik sprain ankle disarankan, karena efek mekanik dan terapeutik yang dihasilkan oleh Ultrasound berguna untuk proses recovery. Ultrasound merupakan modalitas fisioterapi yang menghasilkan gelombang suara dengan frekeunsi antara 1 – 3 MHz. Ultrasound dapat menghasilkan efek mekanik, termal dan microtissue damage. Pada kondisi klinis pengaplikasian ultrasound dengan intensity 3Mhz dan intensity 1,5 w/cm kwadrat memberikan efek yang bermanfaat untuk perbaikan jaringan lunak.
Bagaimanapun juga exercise atau latihan adalah yang terbaik untuk kasus cidera ligament kronik. Latihan aktive dan active range of motion yang berupa dorsi-fleksi, plantar fleksi, inversi ataupun eversi stabilisasi akan menjaga fleksibilitas dan lingkup gerak sendi. latihan stabilitas juga perlu untuk penguatan otot-otot ankle sehingga dapat membantu serta memperbaiki problem yang muncul akibat instabilitas atau nyeri yang diakibatkan oleh kelemahan otot ankle. Akibat dari latihan stabilisasi, maka otot-otot stabilisator aktif pada ankle dapat memperbaiki kekuatan, ukuran serta mencegah peradangan.

jangan lupa kesan pesannya ya!!!

Komentar